ASAH OTAK SI KECIL DENGAN BERMAIN PUZZLE!!
Proses
belajar pada anak usia balita lebih diarahkan untuk melatih mereka
mengembangkan kecerdasan maupun keterampilan. Banyak ahli percaya bahwa masa
balita merupakan masa yang sangat penting bagi perkembangan otak anak. Orang
tua dapat membantu merangsang perkembangan otak anak dengan memberikan pembelajaran
melalui permainan.
Salah satu mainan yang disukai oleh anak
balita adalah puzzle. Banyak ahli pendidikan menyarankan orang tua untuk
memberikan mainan puzzle kepada balita. Bermain puzzle selain menyenangkan juga
meningkatkan keterampilan anak. Hampir semua sekolah Taman Kanak-Kanak (TK) dan
Kelompok Bermain (Playgroup) menggunakan sarana puzzle sebagai sarana belajar
dan bermain.
Beberapa manfaat bermain puzzle bagi anak-anak antara lain:
1. Meningkatkan Keterampilan Kognitif
Keterampilan kognitif (cognitive skill) berkaitan dengan
kemampuan untuk belajar dan memecahkan masalah. Puzzle adalah permainan yang menarik
bagi anak balita karena anak balita pada dasarnya menyukai bentuk gambar dan
warna yang menarik. Dengan bermain puzzle anak akan mencoba memecahkan masalah
yaitu menyusun gambar. Pada tahap awal mengenal puzzle, mereka mungkin mencoba
untuk menyusun gambar puzzle dengan cara mencoba memasang-masangkan
bagian-bagian puzzle tanpa petunjuk. Dengan sedikit arahan dan contoh, maka
anak sudah dapat mengembangkan kemampuan kognitifnya dengan cara mencoba
menyesuaikan bentuk, menyesuaikan warna, atau logika. Contoh usaha anak
menyesuaikan bentuk misalnya bentuk cembung harus dipasangkan dengan bentuk
cekung. Contoh usaha anak menyesuaikan warna misalnya warna merah dipasangkan
dengan warna merah. Contoh usaha anak menggunakan logika, misalnya bagian
gambar roda atau kaki posisinya selalu berada di bawah.
2. Meningkatkan Keterampilan Motorik Halus
Keterampilan motorik
halus (fine motor skill) berkaitan dengan kemampuan anak menggunakan otot-otot
kecilnya khususnya tangan dan jari-jari tangan. Anak balita khususnya anak
berusia kurang dari tiga tahun (batita) direkomendasikan banyak mendapatkan
latihan keterampilan motorik halus. Dengan bermain puzzle tanpa disadari anak
akan belajar secara aktif menggunakan jari-jari tangannya. Supaya puzzle dapat
tersusun membentuk gambar maka bagian-bagian puzzle harus disusun secara
hati-hati. Perhatikan cara anak-anak memegang bagian puzzle akan berbeda dengan
caranya memegang boneka atau bola. Memengang dan meletakkan puzzle mungkin
hanya menggunakan dua atau tiga jari, sedangkan memegang boneka atau bola dapat
dilakukan dengan mengempit di ketiak (tanpa melibatkan jari tangan) atau
menggunakan kelima jari dan telapak tangan sekaligus.
3. Meningkatkan Keterampilan Sosial
Keterampilan sosial berkaitan dengan kemampuan berinteraksi dengan orang lain.
Puzzle dapat dimainkan secara perorangan. Namun puzzle dapat pula dimainkan
secara kelompok. Permainan yang dilakukan oleh anak-anak secara kelompok akan
meningkatkan interaksi sosial anak. Dalam kelompok anak akan saling menghargai,
saling membantu dan berdiskusi satu sama lain. Jika anak bermain puzzle di
rumah orang tua dapat menemani anak untuk berdiskusi menyelesaikan puzzlenya,
tetapi sebaiknya orang tua hanya memberikan arahan kepada anak dan tidak
terlibat secara aktif membantu anak menyusun puzzle.
Tips Memilih Puzzle Untuk Anak Balita
Tips Memilih Puzzle Untuk Anak Balita
1. Pilihlah tingkat kesulitan yang sesuai untuk usia anak.
Puzzle tersedia dalam tingkat kesulitan yang berbeda mulai dari empat elemen sampai ribuan elemen (untuk orang dewasa). Kalau ragu untuk memilih puzzle yang sesuai, maka perhatikan rekomendasi pada kemasan. Untuk anak-anak biasanya ada rekomendasi batasan umur pengguna. Sebagai awal, pilih puzzle yang memasang bentuk, tahap selanjutnya baru menyusun kepingan, mulai dari jumlah sedikit, lalu jumlah kepingan yang lebih banyak/lebih rumit.
2. Pilihlah bahan yang sesuai dengan usia anak agar aman dimainkan anak. Bahan puzzle bisa berupa kayu, kertas, plastik, karet, busa (foam) dan lain lain.
3. Sesuaikan dengan kesukaan anak. Anak laki-laki umumnya menyukai tema yang berbeda dengan anak perempuan. Ada baiknya anak diajak untuk memilih tema yang disukai.