PENGERTIAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
Pendidikan anak
usia dini adalah suatu proses pembinaan tumbuh kembang anak sejak lahir sampai
usia 6 tahun, yang dilakukan secara menyeluruh, mencakup semua aspek
perkembangan dengan memberikan stimulasi terhadap perkembangan jasmani dan
rohani agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal.
Faktor yang
mempengaruhi perkembangan anak ada dari orang tua (gen) dan ada faktor
lingkungan seperti asupan gizi yang diterima, faktor psikologis. Anak usia dini
memiliki karakteristik yang khas, baik secara fisik, psikis, sosial, moral,
masa ini masa yang paling penting untuk sepanjang usia hidupnya. Sebab masa
yang paling baik pembentukan fondasi dan dasar kepribadian yang akan menentukan
pengalaman anak selanjutnya. Bentuk program pendidikan anak usia dini meliputi:
pendidikan keluarga, bina keluarga, taman pengasuhan, kelompok bermain dan
taman kanak-kanak.
Rita Kurnia
(2010: 3) mengatakan:
Pendidikan anak usia dini
adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak usia dini yang
dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan
dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki
pendidikan dasar kehidupan tahap berikutnya.
Prinsip-prinsip
Perkembangan Anak Usia Dini
Penyelenggaraan pembelajaran
berbasis perkembangan mempunyai sejumlah prinsip yang harus diperhatikan.
Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut:
1.
Semua aspek perkembangan pada anak saling terkait,
artinya perkembangan dalam satu aspek dapat membatasi atau memudahkan atau
melancarkan perkembangan kemampuan lainnya.
2.
Perkembangan terjadi dalam urutan yang relatif teratur.
Dengan demikian, urutan pertumbuhan dan perubahan yang terjadi pada anak dapat
diprediksikan.
3.
Perkembangan anak adalah hasil dari interaksi
kematangan biologis dan lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan
sosial dimana ia hidup. Oleh sebab itu, sering dikemukakan bahwa kehidupan
manusia adalah hasil dari pembawaan dan lingkungan yang saling berhubungan.
4.
Atas dasar itu maka para pendidik disamping menyediakan
lingkungan yang sehat, aman, dan menyediakan makanan dengan gizi yang baik,
juga harus memberikan layanan yang komprehensif kepada anak, seperti layanan
kesehatan fisik, gigi, mental dan sosial.
Pengertian
Perkembangan Kognitif
Kognitif adalah
proses yang terjadi secara internal di dalam pusat susunan syaraf pada waktu
manusia sedang berpikir. Kemampuan kognitif ini berkembang secara bertahap,
sejalan dengan perkembangan fisik dan syaraf-syaraf yang berada di pusat
susunan syaraf. Salah satu teori yang berpengaruh dalam menjelaskan
perkembangan kognitif ini adalah teori Piaget.
Jean Piaget, yang
hidup dari tahun 1896 sampai tahun 1980, adalah seorang ahli biologi dan
psikologi berkebangsaan Swiss. Ia merupakan salah seorang yang merumuskan teori
yang dapat menjelaskan fase-fase perkembangan kognitif. Teori ini dibangun
berdasarkan dua sudut pandang yang disebut sudut pandang aliran struktural
(structuralism) dan aliran konstruktif (constructivism).
Aliran struktural yang mewarnai teori Piaget dapat dilihat dari
pandangannya tentang inteligensi yang berkembang melalui serangkaian tahap
perkembangan yang ditandai oleh perkembangan kualitas struktur kognitif. Aliran
konstruktif terlihat dari pandangan Piaget yang menyatakan bahwa, anak
membangun kemampuan kognitif melalui interaksinya dengan dunia di sekitarnya.
Dalam hal ini, Piaget menyamakan anak dengan
peneliti yang selalu sibuk membangun teori-teorinya tentang dunia di
sekitarnya, melalui interaksinya dengan lingkungan di sekitarnya. Hasil dari interaksi
ini adalah terbentuknya struktur kognitil, atau skemata (dalam bentuk tunggal
disebut skema) yang dimulai dari terbentuknya struktur berpikir secara logis,
kemudian berkembang menjadi suatu generalisasi kesimpulan umum).
Fase-fase
Perkembangan Kognitif Pada Anak Usia Dini
Menurut Piaget
(1972: 49-91) “Perkembangan merupakan suatu proses yang bersifat kumulatif.
Artinya, perkembangan terdahulu akan menjadi dasar bagi perkembangan selanjutnya.
Dengan demikian, apabila terjadi hambatan pada perkembangan terdahulu maka
perkembangan selanjutnya akan memperoleh hambatan. Piaget membagi perkembangan
kognitif ke dalam empat fase, yaitu fase sensorimotor, fase praoperasional,
fase operasi konkret, dan fase operasi formal”.
1. Fase Sensorimotor (usia O - 2 tahun)
1. Fase Sensorimotor (usia O - 2 tahun)
Pada masa dua tahun kehidupannya, anak berinteraksi dengan dunia di
sekitarnya, terutama melalui aktivitas sensoris (melihat, meraba, merasa,
mencium, dan mendengar) dan persepsinya terhadap gerakan fisik, dan aknvitas
yang berkaitan dengan sensoris tersebut. Koordinasi aktivitas ini disebut
dengan istilah sensorimotor.
Fase sensorimotor dimulai dengan gerakan-gerakan refleks yang dimiliki anak
sejak ia dilahirkan. Fase ini berakhir pada usia 2 tahun. Pada masa ini, anak
mulai membangun pemahamannya tentang lingkungannya melalui kegiatan
sensorimotor, seperti menggenggam, mengisap, melihat, melempar, dan secara
perlahan ia mulai menyadari bahwa suatu benda tidak menyatu dengan
lingkungannya, atau dapat dipisahkan dari lingkungan di mana benda itu berada.
Selanjutnya, ia
mulai belajar bahwa benda-benda itu memiliki sifat-sifat khusus. Keadaan ini
mengandung arti, bahwa anak telah mulai membangun pemahamannya terhadap
aspek-aspek yang berkaitan dengan hubungan kausalitas, bentuk, dan ukuran,
sebagai hasil pemahamannya terhadap aktivitas sensorimotor yang dilakukannya.
Pada akhir usia
2 tahun, anak sudah menguasai pola-pola sensorimotor yang bersifat kompleks,
seperti bagaimana cara mendapatkan benda yang diinginkannya (menarik, menggenggam
atau meminta), menggunakan satu benda dengzur tujuan yangb erbeda.
Dengan benda
yanga da di tangannya,ia melakukan apa yang diinginkannya. Kemampuan ini
merupakan awal kemampuan berpilar secara simbolis, yaitu kemampuan untuk
memikirkan suatu objek tanpa kehadiran objek tersebut secara empiris.
2. Fase Praoperasional (usia 2 - 7 tahun)
Pada fase praoperasional, anak mulai menyadari bahwa pemahamannya tentang
benda-benda di sekitarnya tidak hanya dapat dilakukan melalui kegiatan
sensorimotor, akan tetapi juga dapat dilakukan melalui kegiatan yang bersifat
simbolis. Kegiatan simbolis ini dapat berbentuk melakukan percakapan melalui
telepon mainan atau berpura-pura menjadi bapak atau ibu, dan kegiatan simbolis
lainnva Fase ini rnemberikan andil yang besar bagi perkembangan kognitif anak.
Pada fase praoperasional, anak trdak berpikir secara operasional yaitu
suatu proses berpikir yang dilakukan dengan jalan menginternalisasi suatu
aktivitas yang memungkinkan anak mengaitkannya dengan kegiatan yang telah
dilakukannya sebelumnya.
Fase ini merupakan rlasa permulaan bagi anak untuk membangun kenrampuannya
dalam menyusun pikirannya. Oleh sebab itu, cara berpikir anak pada fase ini
belum stabil dan tidak terorganisasi secara baik. Fase praoperasional dapat
clibagi ke dalam tiga subfase, yaitu subfase fungsi simbolis, subfase berpikir
secara egosentris dan subfase berpikir secara intuitif. Subfase fungsi simbolis terjadi pada usia 2 - 4
tahun.
Pada masa ini, anak telah memiliki kemampuan untuk menggarnbarkan suatu
objek yang secara fisik tidak hadir. Kemampuan ini membuat anak dapat
rnenggunakan balok-balok kecil untuk membangun rumah-rumahan, menyusun puzzle,
dan kegiatan lainnya. Pada masa ini, anak sudah dapat menggambar manusia secara
sederhana.
Subfase berpikir secara egosentris terjadi pada usia 2-4 tahun. Berpikir
secara egosentris ditandai oleh ketidakmampuan anak untuk memahami perspektif
atau cara berpikir orang lain. Benar atau tidak benar, bagl anak pada fase ini,
ditentukan oleh cara pandangnya sendiri yang disebut dengan istilah egosentris.
Subfase berpikir
secata intuitif tenadi pada usia 4 - 7 tahun. Masa ini disebut subfase berpikir
secara intuitif karena pada saat ini anah kelihatannva mengerti dan mengetahui
sesuatu, seperti menyusun balok meniadi rumah-rumahan, akan tetapi pada
hakikatnya tidak mengetahui alasan-alasan yang menyebabkan balok itu dapat
disusun meniadi rumah. Dengan kata lain, anak belum memiliki kemampuan untuk
berpikir secara kritis tentang apa yang ada dibalik suatu kejadian.
3. Fase Operasi Konkret (usia 7- 12 tahun)
Pada fase operasi konkret, kemampuan anak untuk berpikir secara logis sudah
berkembang, dengan syarat, obyek yang menjadi sumber berpikir logis tersebut
hadir secara konkret.
Kemampuan berpikir logis ini terwujud dalarn kemampuan
mengklasifikasikan obyek sesuai dengan klasifikasinya, mengurutkan benda sesuai dengan urutannya, kemampuan untuk memahami cara pandang orang lain, dan kemampuan berpikir secara deduktif.
mengklasifikasikan obyek sesuai dengan klasifikasinya, mengurutkan benda sesuai dengan urutannya, kemampuan untuk memahami cara pandang orang lain, dan kemampuan berpikir secara deduktif.
4.
Fase
Operasi Formal (12 tahun sampai usia dewasa)
Fase operasi
formal ditandai oleh perpindahan dari cara berpikir konkret ke cara berpikir
abstrak. Keulampuan berpikir abstrak dapat dilihat dari kemampuan mengemukakan
ide-ide, memprediksi kejadian yang akan terjadi, dan melakukan proses berpikir
ilmiah, yaitu mengemukakan hipotesis dan menentukan cara untuk membuktikan
kebenaran hipotesis.
Aspek
Perkembangan Kognitif Pada Anak Usia Dini
Bertitik tolak dari gambaran umum
tentang fase-fase perkembangan kognitif tersebut di atas, maka dapat diketahui
bahwa perkembangan kognitif anak usia PAUD berada dalam fase praoperasional
yang mencakup tiga aspek, yaitu:
1.
Berpikir
Simbolis
Aspek berpikir simbolis yaitu
kemampuan untuk berpikir tentang objek dan peristiwa walaupun objek dan peristiwa
tersebut tidak hadir secara fisik (nyata) di hadapan anak.
2.
Berpikir
Egosentris
Aspek berpikir secara egosentris,
yaitu cara berpikir tentang benar atau tidak benar, setuju atau tidak setuju,
berdasarkan sudut pandang sendiri. Oleh sebab itu, anak belum dapat meletakkan
cara pandangnya di sudut pandang orang lain.
3.
Berpikir
lntuitif
Fase berpikir secara intuitif,
yaitu kemarnpuan untuk menciptakan sesuatu, seperti menggambar atau menyusun
balok, akan tetapi tidak mengetahui dengan pasti alasan untuk melakukannya.
lmplikasi Perkembangan Kognitif dalam Proses
Pembelajaran yang Efektif
1. Aktivitas di dalam proses belajar-mengajar
hendaknya ditekankan pada pengembangan struktur kognitif, melalui pemberian
kesempatan pada anak untuk memperoleh pengalaman langsung dalam berbagai
aktivitas pembelajaran yang sesuai dengan pembelajaran terpadu dan mengandung
makna, seperti membuat bangunan dari balok, mengamati perubahan yang terjadi di
lingkungan anak (turnbuh-tumbuhan, binatang, air), menggambar, menggunting, dan
lain-lain yang dikaitkan dengan pengembangan dasar-dasar pengetahuan alam atau
matematika dan pengembangan bahasa, baik bahasa lisan maupun membaca dan
menulis.
2. Memulai kegiatan dengan membuat konflik dalam
pikiran anak. Misalnya, memberikan jawaban yang salah untuk memotivasi anak
memikirkan dan mengemukakan jawaban yang benar.
3. Memberi kesempatan pada anak untuk melakukan
berbagai kegiatan yang dapat mengembangkan kemampuan kognitifnya. Misalnya,
mengubah obiek-objek yang disajikan secara nyata ke dalam bentuk lain, misalnya
gambar.
4. Melakukan kegiatan tanya jawab yang dapat
mendorong anak untuk berpikir dan mengemukakan pikirannya.
KESIMPULAN
Perkembangan anak pada dasarnya adalah perubahan-perubahan
yang terjadi dalam seluruh dimensi yang ada dalam diri anak, baik dimensi
fisik, dimensi sosial, dimensi emosi, kognitif (berpikir), dan dimensi
spiritual.
Faktor yang mempengaruhi
perkembangan anak ada dari orang tua (gen) dan ada faktor lingkungan seperti
asupan gizi yang diterima, faktor psikologis. Anak usia dini memiliki
karakteristik yang khas, baik secara fisik, psikis, sosial, moral, masa ini
masa yang paling penting untuk sepanjang usia hidupnya. Sebab masa yang paling
baik pembentukan fondasi dan dasar kepribadian yang akan menentukan pengalaman
anak selanjutnya.
SARAN
1.
Diharapkan kepada kita semua untuk dapat memehami
tentang kognitif perkembangan anak usia dini, dan dapat menganalisis tentang
perkembangan pada anak usia dini.
2.
Setiap anak dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan
tahap-tahapannya. Dan sebagai orang tua juga harus dapat memperhatikan
perkembangan anak-anaknya.
DAFTAR PUSTAKA
Wilson. 2009. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini.
Pekanbaru: Cendikia Insani.
Rita
Kurnia.2010. Program Pembelajaran
Pendidikan Anak Usia Dini. Pekanbaru: Cendikia Insani.
Departemen Pendidikan Nasional,
Direktorat PAUD. 2005. Perkembangan dan
Belajar Anak Didik.
Pekanbaru: Cendikia Insani.
Asef Umar.2010.
Sukses Menjadi Guru Paud. Yogyakarta: Bening.
Piaget, Jean.
1972. Psikologi Perkembangan Anak.
(online, http//online ed. Asv.
Edu/eppa/, diakses 30 desember 2010).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar