PANDANGAN
PESTALOZZI DAN FROEBEL TENTANG PENDIDIKAN
1.
Johann Heinrich Pestalozzi (1746-1827)
Pestalozzi
dilahirkan di Zurich, Swiss. Ia sangat dipengaruhi oleh Rousseau khususnya buku
Emile. Ia juga sangat terkesan pada konsep back to nature dan ia
membeli sebidang tanah yang maksudnya akan dijadikan pusat penelitian dari
metode pertanian yang baru. Pestalozzi makin tertarik pada bidang pendidikan.
Pada tahun 1774 ia mulai dengan sekolah yang disebut Neuhof di tanah
pertaniaannya. Di tempat inilah ia mengembangkan idenya yang merupakan
integrasi dari kehidupan rumah, pendidikan vokasional dan pendidikan utnuk
membaca serta menulis.
Untuk
lebih mengenal pandangan Pestalozzi tentang pendidikan pada bagian selanjutnya
kelompok akan menguraikan pandangannya tentang pendidikan. Mendahului
pemikirannya tentang pendidikan akan diuraikan konsep pemikiran Pestalozzi
tentang alam, manusia dan Tuhan.
Konsep
tentang Alam, Manusia dan Tuhan
1.
Alam
Mula-mula
Pestalozzi terkesan dengan Rosseauo yang ideanya kemudian ditolaknya.
Pestalozzi menggunakan istilah “alam” yang sinonim dengan semua yang asli,
otentik, dan bebas dari artifisialitas. Dengan kata lain, alam adalah sesuatu
yang asli dan berada dalam sebuah proses perkembangan yang kontiniu. Alam yang
asli itu perlu diisi dengan sesuatu yang baik untuk menjaga keharmonisannya.
2.
Manusia
Manusia
adalah bagian integral dari alam. Dalam diri manusia itu ada juga proses
perkembangan. Berkaitan dengan proses perkembangan itu, setiap manusia
khususnya pada anak-anak terdapat tiga tahap penting, yaitu pertama pemikiran
anak-anak masih kabur, kedua obyek-obyek uncul dalam kesadaran yang
dikarakterisasikan melalui bentuk-bentuk dan kualitas2 yang eksplisit dan ketiga
obyek-obyek ini dimengerti sebagai konsep-konsep umum; obyek-obyek ini menurut
kata Pestalozzi “ditentukan”. Sepanjang proses itu setiap person dalam dirinya
aktif dalam meperoleh dan mengklarifikasi gambaran dan dalam
mentransformasinya ke dalam ide-ide yang berisi pengetahuan. Setiap anak
seharusnya diperlakukan sesuai dengan posisinya dalam proses itu. Dan bagian
besar dari ajaran mencakup dan memungkinkan dia untuk melatih pengetahuannya
yang dimilikinya sendiri atau mendefenisi segala sesuatu.
Pengetahuan
selalu bersisi tiga elemen: jumlah segala sesuatu yang dikenali, bentuk yang
mereka tunjukan, bahasa yang mewujudkannya. Pestalozzi berkesimpulan bahwa
pembelajaran harus mulai dengan unsur-unsur ke mana tiap unsur dapat dianalisa.
Unsur-unsur jumlah adalah satu kesatuan, dan aritmatika harus dikuasai agar
dapat memahai jumlah. Kedua, rupanya Pestalozzi berpikir
Manusia dilihat Pestalozzi memiliki sifat-sifat
bawaan yang berasal dari keluarga.
3.
Tuhan
Christ-centered
piety
Konsep tentang Pendidikan
1.
Hakekat Pendidikan
“Sense
impression” meliputi pikiran bersih terlepas dari observasi
2.
Metode Pendidikan
Metode
yang diangkat oleh Pestalozzi disebut Pestalozianisme yaitu metode yang coba
mengangkat perbedaan individual dan menstimulasi aktivitas diri si anak. Metode
ini dapat dicapai lewat kegiatan menggambar, menyanyi, latihan fisik dan
berkelompok.
3.
Tujuan Pendidikan
Tujuan
pendidikan menurut Pestalozzi adalah modern civilization. Khususnya
pembebasan diri dari kekusutan persepsi diri, hal-hal yang tidak berguna,
pengetahuan, ambisi untuk memperoleh kebahagiaann.
4.
Substansi Pendidikan
Pestalozzi
percaya bahwa masyarakat dapat diperbaharui melalui pendidikan. Setiap orang
harus merasa bahwa Allah dan alam memberi kepadanya potensialitas kebajikan
untuk berkembang dan secara individual setiap anak adalah suci.
2.
Friederich Wilhelm Froebel (1782-1852)
Froebel
lahir di Jerman, dan mengabdikan kehidupannya guna mengembangkan suatu sistem
mendidik. Anak. Froebel dianggap sebagai bapak dari pendidik anak usia bayi,
selain itu dikenal karena menciptakan garden of chldren atau kindegarten
(taman kanak-kanak) yang berarti kebun milik anak di Blankenburg, Jerman.
Sekolah yang dirancang oleh Froebel ini berbeda dari sekolah yang ada
sebelumnya. Model rancangan ini di kemudian hari mempengaruhi rancangan sekolah
di seluruh dunia.
Berikut
ini akan diuraikan pandangan Froebel tentang pendidikan, tapi sebelum itu akan
diuraikan lebih dahulu konsep pemikirannya tentang alam, manusia dan Tuhan.
v
Konsep
tentang Alam, Manusia dan Tuhan
Konsep
pemikiran Froebel tentang alam, manusia dan Tuhan senantiasa saling
berhubungan. Ia memandang bahwa Yang absolut mencakup dan secara kontinu
melibatkan kekuatan alam dan pikiran manusia. Evolusi kosmik mulai dari aksi ke
reaksi ke keseimbangan, dari sederhana ke kompleks, dari ketidaksadaran kepada
kesadaran diri. Yang Absolut disebutnya Tuhan dan evolusinya disebutnya
penciptaan. Segala sesuatu memiliki tujuannya yang menyatukannya dan
mengikatnya ke dalam keselruhan kosmik yang lebih besar, ini terjadi karena
sifat evolusi atau penciptaan dari ketiga unsur terebut. Evolusi dari Yang
Absolut direfleksikan dalam miniatur kemanusiaan.
1.
Alam
Froebel
melihat alam sebagai pewahyuan diri Allah melalui evolusi kosmik untuk mencapai
tujuannya. Dengan demikian alam senantiasa memiliki dan mengalami perubahan
terus menerus untuk mencapai tujuannya. Alam akan senantiasa berkembang dari
yang sederhana ke arah yang lebih kompleks.
2.
Manusia
Manusia
dilihat Froebel sebagai mahkluk yang dinamis yang memiliki perkembangan.
Perkembangan dalam diri manusia ini dibaginya dalam 5 tahap. Tahapan yang
disebutnya sebagai tahapan pertumbuhan manusia (infancy), terdiri dari
masa kecil (childhood), masa kanak-kanak (boyhood), masa muda (youth),
dan tahap terakhir disebutnya masa dewasa (maturity).
Dalam
tahap, masa perkembangan ini individu mengalami proses pertumbuhan,
perkembangan. Proses ini merupakan masa penjernihan, pencerahan pertumbuhan
individu dalam mengekspresikan dirinya dan akhirnya memuncak pada kesadaran
akan diri. Tiap tahapan memang memiliki keunikan masing-masing dalam hal
ekspresi diri dan kesadaran diri. Tapi akhirnya semuanya akan tiba pada
perubahan yang memperlihatkan satu kesadaran diri yang penuh dalam individu.
3.
Tuhan
Tuhan
dilihat Froebel sebagai sesuatu Yang Absolut. Yang absolut ini merangkul segala
sesuatu, menyusun daya dalam alam dan pikiran manusia secara berkelanjutan. Ia
kemudian mengatakan bahwa Yang Absolut ini mengalami evolusi. Evolusi dari Yang
Absolut ini dapat direfleksikan dalam miniatur kemanusiaan.
Dengan
demikian seperti halnya alam dan manusia yang berevolusi Yang Absolut juga
mengalami hal yang sama. Akan tetapi perubahan yang ada haruslah disaksikan
lewat alam yang merupakan pewahyuan dirinya dan direfleksikan dalam kehadiran
manusia di alam ini.
Konsep tentang Pendidikan
1.
Hakekat Pendidikan
Pada
bagian ini sebenarnya kita diperhadapkan dengan pertanyaan apa itu pendidikan?
Menurut Froebel yang dimaksud dengan pendidikan ialah apa yang memimpin atau
menuntun manusia kepada kepandaian berpikir (segi kognitif dari manusia) dan
apa yang menghantar manusia pada kesadaran diri yang lebih mendalam menuju
sesuatu yang murni, tak bercela (segi afeksi dari manusia).
Dalam
hubungan dengan itu Froebel menyajikan empat prinsip mendasar yang perlu
diperhatikan dalam pendidikan. Pertama, bahwa perkembangan alamiah
menyatakan dirinya dalam perkembangan individu dan harus ditunjukkan dalam
pengajaran tentang ilmu pengetahuan, kemanusiaan dan agama. Kedua,
pendidikan harus diatur demi harmonisnya dengan perkembangan alam yang natural
dari anak-anak. Ketiga, pendidikan harus membuka dan mengembangkan
keseluruhan pribadi manusia, agama seharusnya diajarkan dalam rangka mengolah
emosi; alam harus dipelajari sebagai pewahyuan diri Allah dan matematika harus
diapresiasikan sebagai simbol hukum universa. Bahasa juga menghubungkan manusia
dengan hukum dan ritme benda-benda dan harus menjadi bagian dari
pendidikan. Keempat, seni harus diajarkan karena merupakan talenta umum
manusia dan dapat menghadirkan keharmonisan dalam diri manusia.
2.
Metode Pendidikan
Froebel
menyusun metode pendidikan sesuai dengan konteks perkembangan individu. Dalam
tahapan permulaan dia menganjurkan agar seharusnya menggunakan metode yang
memungkinkan ekspresi spontan dalam diri individu. Sedangkan pada tahapan akhir
dapat digunakan metode yang mengawasi dan mengarahkan perkembangan individu.
Dengan demikian dalam dunia anak-anak metode harus disesuaikan dengan sifat
atau dunia anak. Dalam hubungan dengan konteks anak-anak, perlu diperhatikan
perkembangan yang mengarahkan anak pada suatu kesadaran diri dalam suasana
bebas, dimana seorang individu dibiarkan untuk menunjukkan, mengekspresikan
yang ada dalam dirinya dengan bebas. Menurut Froebel permainan merupakan metode
yang paling cocok dan penting bagi penerapan ekspresi ini.
Dalam
pendidikan ini Froebel kemudian menyusun dan mengembangkan kurikulum pendidikan
yang terecana dan sistematis. Bagi dia yang menjadi dasar bagi kurikulum
tersebut adalah gift dan occupation: pemberian yang menyediakan
permainan-permainan dan usaha, kerja yang bisa dibuat dengan permaianan yang
ada.
Gifts adalah
obyek yang dapat dipegang dan dipergunakan anak sesuai dengan instruksi dari
guru dan dengan demikian anak dapat belajar tentang bentuk, ukuran warna serta
konsep yang diperoleh melalui menghitung, mengukur, membedakan dan
membandingkan. Gifts pertama adalah enam buah bola dari gulungan benang,
masing-masing berbeda warnanya, dan enam helai benang yang panjang yang
warnanya sama dengan warna bola yang ada.
Sedangkan
Occupation adalah materi yang dirancang untuk mengembangkan berbagai
variasi ketrampilan, yang utama adalah psikomotor, melalui aktivitas semacam
menjahit dengan papan jahitan, membuat bentuk dengan mengikuti titik, membentuk
lilin, menggunting bentuk, meronce, menggambar, menenun, menempel dan melipat
kertas. Atas cara ini Froebel yakin bahwa bermain merupakan cara belajar yang
penting bagi anak-anak. Karena lewat gifts dan occupation seorang
anak akan mengusahakan diri yang tentu saja diawasi ke arah pengekspresian diri
yang bebas demi mencapai perkembangan diri, ketetapan karakter dan kesadaran
diri.
3.
Tujuan Pendidikan
Tujuan
pendidikan menurut Froebel adalah perkembangan menyeluruh dari individu: semua
daya individu, dan harmoni internal individu, sebagaimana relasi harmonis
dengan alam, masyarakat dan Tuhan. Namun menurut Froebel tujuan ini tidak dapat
dibebankan kepada anak; sebab dia harus mengusahkannya bagi dirinya sendiri
melalui aktivitas yang ekspresif dari kekuatan-kekuatan yang masih tersebunyi.
Mereka yang telah mencapai tujuan tersebut akan mampu menunjukan satu karakter
yang solid dan tetap yang memberinya integritas dalam setiap situasi dan
kebiasaan intelektual yang memungkinkan dia untuk mendapatkan pengetahuan
ketika perlu.
Pendidikan
seperti yang dimaksudkan oleh Froebel ini adalah untuk mengembangan keutuhan
anak-anak tanpa pemaksaan melainkan anak-anak dibantu untuk menumbuhkembangkan
sendiri talenta-talentanya yang tersembunyi dalam dirinya lewat pengawasan yang
ada. Dengan demikian anak-anak diberikan kebebasan untuk mengekspresikan diri
lewat metode yang ada untuk membentuk diri yang memungkinkan dia tetap dalam
karakternya ketika berhadapan dengan berbagai situasi yang ada di
lingkungannya, sekaligus juga terbuka terhadap pengetahuan yang baru sejauh
perlu.
4.
Substansi Pendidikan
Yang
menjadi substansi pendidikan menurut Froebel adalah menjadikan manusia untuk
mampu mewujudkan dirinya ke arah suatu pengetahuan yang benar.
Evalusi Kritis atas Pandangan Pestalozzi dan Froebel tentang
Pendidikan
Pertama,
Tahap perkembangan yang diangkat baik oleh Pestalozzi dan Froebel menyebabkan
pengkotak-kotakan dalam pendidikan itu sendiri. Tapi dilain pihak pembagian ini
juga memudahkan proses pendidikan itu sendiri.
Kedua,
menurut Froebel segala sesuatu berevolusi, baik alam ciptaan maupun Tuhan
sendiri.
Ketiga,
menurut Froebel segi kognitif belum menjadi jaminan untuk perbuatan baik.
Soemiarti Patnonodewo. 1995. Buku
Ajar Pendidikan Prasekolah. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Direktorat Jenderal Pendidikan tinggi.
L.E
Loemker. 1996. “Peatalozzi, Johann Heindrik” dalam Encyclopedy of
Philoshiphy, edited by Paul Edward, vol 5 (Ney York: Simon, schuster
Macmillan,).
Soemiarti
Patnonodewo. 1995. Buku Ajar Pendidikan Prasekolah. Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan tinggi.
Soemiarti
Patnonodewo. 1995. Buku Ajar Pendidikan Prasekolah. Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan tinggi.
Bdk.
Mayke Sugianto. 1995. Bermain, mainan dan Permainan. Jakarta:
Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar